Rumah Sakit UMM dan Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono

Rumah Sakit UMM




Rumah Sakit Pendidikan (Teaching Hospital) Universitas Muhammadiyah Malang akan dibangun di atas tanah ukuran 32.834 m2. Lokasi pembangunan rumah sakit adalah di desa Landungsari, tepatnya di sebelah timur terminal Ladungsari. Pada saat ini (Juli 2009) pembangunan sudah dimulai pada tahap pondasi dan penataan awal.

Pembangunan Rumah Sakit ini direncanakan untuk kegiatan pendidikan kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan dengan menerima pasien umum.Fasilitas  yang ada adalah bangunan utama untuk pelayanan kesehatan, training centre, auditorium, paviliun, masjid, taman, parkir dan pusat kebugaran.


Selain melayani kesehatan dengan pengobatan dan ilmu kedokteran modern, Rumah Sakit Pendidikan UMM juga akan membuka praktik pengobatan timur khususnya ilmu kedokteran China dan pengobatan alternatif. Nilai kekhasan inilah yang akan dikembangkan sehingga merupakan ciri khas yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit lain.

Pembangunan gedung rawat inap kelas III tersebut selesai lebih cepat dari target waktu yang ditentukan dengan tujuan agar segera bisa memberikan layanan pada masyarakat sekitar. Bangunan gedung di atas lahan seluas 9 hektar itu merupakan bantuan dari Pemprov Jatim sebesar Rp 7 miliar.
“Pembangunan gedung tersebut tidak hanya berasal dari Pemprov Jatim dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), anggaran pembangunan RS UMM masih mengandalkan dana mandiri dari kampus. Selain menjadi pusat penelitian medis, RS UMM juga melayani masyarakat umum dengan pelayanan utama pengobatan modern ala Barat dan pelayanan komplementer pengobatan tradisional ala Timur,” lanjut Nasrullah.

Dalam konteks tersebut, untuk memperkuat konsepnya, tim UMM telah melakukan studi banding ke berbagai negara, antara lain ke China, Amerika Serikat dan Swiss. Sementara itu Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan RS Pendidikan memiliki fungsi ganda, yakni memberikan layanan kepada masyarakat dan sebagai tempat pembelajaran.

Pembangunan gedung rawat inap kelas III tersebut selesai lebih cepat dari target waktu yang ditentukan dengan tujuan agar segera bisa memberikan layanan pada masyarakat sekitar. Bangunan gedung di atas lahan seluas 9 hektar itu merupakan bantuan dari Pemprov Jatim sebesar Rp 7 miliar.
“Pembangunan gedung tersebut tidak hanya berasal dari Pemprov Jatim dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), anggaran pembangunan RS UMM masih mengandalkan dana mandiri dari kampus. Selain menjadi pusat penelitian medis, RS UMM juga melayani masyarakat umum dengan pelayanan utama pengobatan modern ala Barat dan pelayanan komplementer pengobatan tradisional ala Timur,” lanjut Nasrullah.

Dalam konteks tersebut, untuk memperkuat konsepnya, tim UMM telah melakukan studi banding ke berbagai negara, antara lain ke China, Amerika Serikat dan Swiss. Sementara itu Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan RS Pendidikan memiliki fungsi ganda, yakni memberikan layanan kepada masyarakat dan sebagai tempat pembelajaran.




 Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono

Masjid bernuansa Tiongkok yang satu ini benar benar istimewa, karena dibangun bukan oleh komunitas Muslim Tionghoa Indonesia tapi justru dibangun oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Ketika Universitas Muhammadiyah Malang berencana membangun sebuah Rumah Sakit lengkap dengan fasilitas Masjid, Rektorat UMM memutuskan untuk memprioritaskan pembangunan masjid agar segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, dan setelah beberapa kali berganti design ahirnya diputuskan untuk membangun sebuah masjid dengan arsitektur Tiongkok.

Rektor UMM Dr. Muhadjir Effendy, MAP memberi nama masjid itu dengan nama Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono, Nama seorang tokoh pelopor Muhammadiyah di Malang. Pada saat artikel ini dibuat masjid ini belum genap berumur sebulan dan Lantai satu masjid ini sementara waktu masih digunakan sebagai kantor Pengelola Rumah Sakit. Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono terletak di dalam Komplek Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang di di Jl. Tlogomas, sekitar 500 meter dari kampus III Universitas Muhammadiyah Malang. Penggunaan pertama kali Masjid ini dimulai dengan solat Jumat pada tanggal 24 September 2010 yang lalu. Sholat jum’at tersebut dihadiri ratusan jamaah yang terdiri dari masyarakat sekitar, para pekerja bangunan RS dan sebagian pegawai UMM memenuhi masjid berukuran sekitar 300 meter persegi berlantai tiga itu. Sekretaris BPH UMM, Wakidi, menjadi khotib pertama di masjid itu.

Masjid di komplek rumah sakit ini merupakan masjid ketiga yang dibangun oleh UMM. Dua masjid lainnya terletak di kampus II UMM bernama Masjid Ad-Dakwah dan Masjid AR Fahruddin di kampus III UMM. Masjid AR Fahruddin yang memiliki bangunan lima lantai merupakan masjid kampus terbesar di Asia Tenggara.

Nama KH M. Bedjo Darmoleksono pelopor Muhammadiyah di Malang ini diambil untuk memberi spirit dakwah agar masjid tersebut memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagaimana ketokohan Kyai Bedjo pada masanya.
Previous
Next Post »